#SisterTalk tentang Makhluk Bernama Ibu…

Klik gambar untuk tau dari mana foto ini saya ambil

Dalam setiap kesempatan kumpul bareng 3 orang kaka perempuann saya, kerap kali kami menyelipkan perbincangan mengenai sosok ibu kami yang tepat di hari ibu ini (22 Desember 2011) genap 11 tahun meninggalkan bapak dan 9 orang anaknya.

Pada satu kesempatan #sisterstalk, kami bernostalgia mengenai hukuman-hukuman yang sering diganjarkan oleh alm.ibu tercinta kepada anak-anaknya. Salah seorang kaka menyeletukkan kata bernada iri ke arah saya “

“Anies sih enak nih ga pernah kena”

Ucapan kaka saya diiya-in oleh kaka saya yang satu lagi.

Saya yang dijadiin bahan iri-an mereka hanya bisa mesem-mesem penuh arti..du dudu du dudu..dudududu…

Eitsss…. justru di situlah letak enaknya jadi anak bungsu kek saya terlahir memiliki 8 orang kaka sehingga saat zamannya saya, Ibu sudah gak terlalu berenergi untuk menghukum saya dengan hukuman yang lebay

Entah karena faktor saya anak bungsu apa karena memang sayanya aja yang dodol bin bebel, jadi yaaa gak pernah peka gitu kalo Ibu lagi marah 😳

Saat masanya kaka-kaka perempuan saya dulu (sewaktu saya masih kecil), ga ada tuh yang namanya Ibu ngijinin mereka pergi-pergi di luar jam sekolah, boro-boro pulang malam.

Ya, Ibu dan bapak memang dikenal sangat-sangat protektif terhadap anak-anak perempuannya (ada 4 orang termasuk saya). Bahkan, mereka sama sekali ga diperkenankan bergaul dengan lawan jenis seenaknya, dalam artian tidak boleh memiliki pacar.

Contoh real dari protektifnya orang tua saya -yang menurut saya agak-agak melanggar hak asasi anak- adalah saat anak pertama mereka (kaka perempuan ke-1) harus rela menelan pit pahit dijodohkan oleh lelaki yang tidak dicintai. Ya, Ibu memang sangat khawatir dengan kaka saya yang satu ini karena Ibu takut kaka salah pilih suami :(.

Kaka perempuan ke-2 pernah ngambek berhari-hari karena tidak diijinin pergi malam mingguan bareng teman-temannya.

Saya ingat betul, waktu itu teman-teman kaka saya nyamper ke rumah dan kaka saya udah rapi jali, bersiap-siap untuk malmingan, tapi apa mau dikata ternyata Ibu kekeuh melarang kaka saya untuk pergi dan mengusir teman-temannya secara halus.

Kalau kaka perempuan ke-3 termasuk tipe orang yang lebih senang berada di rumah jadi Ibu tidak pernah merasa khawatir sama dia.

Sementara saya bagaimana?

Di antara kaka-kaka, cuma saya loh yang bisa ngerasain “ngelayap” berkegiatan sampe malam setelah pulang sekolah kendati tetap masih ada sih jam malamnya (tidak boleh lebih dari jam 10 malam).

Sejak SD, saya memang sudah punya kebiasaan gak pernah mau langsung pulang ke rumah. Pasti ada aja gitu dalam seminggu beberapa kali langsung kelayapan atau pergi main ke rumah teman.

Waktu SMP, saya diperbolehkan ikut kegiatan taekwondo yang memang mengharuskan saya pulang di atas jam 8/9 dan sesekali nginep saat ujian gatsuku (ujian fisik untuk kenaikan tingkat) di puncak dan yang lebih ajaib Ibu ga pernah melarang saya untuk bergaul dengan lawan jenis… *ehemmm, punya pacar maksudnya*

Welll.. Barangkali hal-hal kek begitu kali yaaa yang bikin kaka-kaka saya rada iri sama kelonggaran Ibu ke saya.

Tapi, bukan berarti saya bebas-bebas begitu saja dongg ahhhh.

#Ibu dan sapu lidi

Hubungannya apa coba antara ibu dan sapu lidi?

Ada dua kejadian yang erat kaitannya mengenai ibu dan sapu lidi.

Kejadian pertama

Duluuu waktu saya kecil, barangkali karena saya nakal atau apa gitu, Ibu pernah menakut-nakuti saya dengan sapu lidi, tapiii dengan polosnya saya bilang gini ke Ibu “ibu ini Ibu tiri yaaa? kok anaknya mau dipukul pake sapu lidi” *sepertinya dulu saya keseringan nonton pelem Ari Anggara*, otomatis saat mendengar celetukan saya kala itu Ibu jadi ketawa dan yesss gak jadi marah 😆

Kejadian kedua

Suatu saat, ketika saya pulang pacaran #eh tekwondo lebih dari jam 10 malam. Begitu mau masuk ke dalam rumah, kok ya saya ga bisa buka pintu rumah.

Usut punya usut ternyata Ibu sengaja menguncinya dari dalam. Setelah saya ketok berkali-kali, akhirnya dibukain juga sih, tapi eng ing eng….Ibu sudah siap menyambut saya dengan sapu lidinya seraya memasang kuda-kuda tangan kiri di pinggang dan tangan kanan mengacung-acungkan sapu lidi ke arah atas… iyyhhh atutttthhhhh

Sebenernya ibu ga pernah beneran sampe mukul saya sih, Beliau cuma nakut-nakutin aja kok. Saat itu, demi melihat ekspresi Ibu dengan mata besarnya yang terbelalak, saya segera ngeluarin jurus ampuh saya yaituuuu ngacirrrhhh bin gobang gocirhh….. 😆

Kapokkah saya?

Cencuhhh cidakk…. dasar anak edun 😆

Bagian paling ga ngenakin dari #sisterstalk mengenai ibu adalah cerita menyoal saat-saat terakhir kebersamaan ibu bersama kami hingga saat-saat meninggalnya….
uhukkkkk Mewekkksssssssssssssssssssssssssssss bin kejerhhhhhhhhh 😥

Last but not least, beruntunglah kalian yang masih bisa merasakan kehangatan ciuman, pelukan, serta sentuhan halus nan tulus dari seorang ibu secara real adanya.

Soooooo, puas-puasin deh dari sekarang, mumpung Ibumu masih bisa menjawab telepon, masih bisa berkirim SMS, masih bisa memanggil namamu, masih bisa menggendong anakmu, masih bisa memberi doanya langsugn dari mulutnya, dan masih bisa memberi punggung tangan serta pipinya untuk kamu cium.

Kesimpulannya, meski Ibu kami itu sedemikian rupa galaknya, saya dan kaka-kaka tetap satu suara bahwa semua kenangan mengenai kegalakan Ibu itu sangat-sangat ngangenin. Missssssyyy you swangathhh ibu di mana pun dirimu berada.

Pesan moral

Se”jahat-jahat”nya seorang Ibu dengan segala macam omelannya yang mengganggu dan betapa-pun bencinya kita saat Ia reseh bin nyebelin, percayalah kita akan sangat merindukan omelan serta keresehan mereka saat mereka tiada.

~Selamat Hari Ibu~